Dosen Pembimbing
Ashari
As, S.Pd, M. Pd
MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI, GAYA DAN KOMPONEN-KOMPONEN BELAJAR
Oleh
HAERATI
Nim : 13. 54. 008
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS
TRIDHARMA BALIKPAPAN
TAHUN
AKADEMIK 2013 / 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “TEORI BELAJAR,
GAYA BELAJAR,
DAN KOMPONEN-KOMPONEN BELAJAR”
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran di Universitas
Tridharma Balikpapan.
Saya berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Saya mengakui bahwa saya adalah manusia
biasa yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada
hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna, begitu pula dengan makalah
ini. Saya bersedia menerima kritik dan saran sebagai pelajaran untuk kedepanya.
Dalam penulisan makalah
ini saya berterima kasih kepada orang-orang yang menyumbangkan artikel mengenai
defenisi pendidikan ini, baik media internet maupun media pustaka.
Akhirnya saya berharap
semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan
bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa
Robbal ‘Alamin.
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................ 1
Daftar Isi ..................................................................................................................... 2
Bab I.
Pendahuluan .................................................................................................... 3
A. Latar
Belakang ...................................................................................................... 3
B. Rumusan
Masalah ................................................................................................ 3
Bab II.
Pembahasan .................................................................................................. 4
A.
Defenisi Belajar ................................................................................................... 4
B.
Teori
Belajar.......................................................................................................... 5
C.
Gaya
Belajar ........................................................................................................ 6
D.
Komponen-Komponen
Belajar............................................................................. 12
Bab III. Penutup ......................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
adalah kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi lain. Maka para
pendidik harus berhati-hati dalam menjalankan suatu proses pembelajaran.
Pendidik yang malas, tidak peduli peserta didik, kurang kasih sayang dan sifat negatif lainnya harus segera
berhenti berperilaku demikian. Kalau tidak, para peserta didik akan mewarisi
sikap negatif tersebut ke generasi selanjutnya.
Belajar sebagai suatu proses
berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang
apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya
untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita
memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
pendidikan sebagai penyiapan tenaga
kerja. Ternyata teori ini sangat hebat. Namun
sayang prakteknya tidak semulus teori. Kenapa banyak peserta didik atau
mahasiswa yang kesulitan bekerja setelah lulus? Kenapa banyak peserta didik
atau mahasiswa yang minim wawasan dan pengetahuan?
Apakah hal di atas terjadi
sepenuhnya karena kesalahan peserta didik atau mahasiswa? Tidak adakah hal yang
bisa diperbaiki dari pendidiknya?
Pada
makalah ini akan dijelaskan tentang tata bagaimana Teori Belajar, Gaya Belajar, dan Komponen-Komponen Belajar
B.
Rumusan
Masalah
~ Apa defenisi
belajar
~ Bagaimana teori belejar
~ Bagaimana
gaya belajar
~ Apa saja
komponen-komponen belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Belajar
Pengertian Belajar Menurut Para Ahli
Banyak tokoh yang telah mengemukakan tentang pengertian belajar. pengertian belajar pada umumnya berarti serangkaian
proses kegiatan yang melibatkan murid, guru dsb untuk mencapai suatu tujuan
Pengertian
belajar menurut para ahli :
1.
Skinner (1978), belajar
adalah suatu proses adaptasi / penyesuaian tingkah laku yang berlangsusng
secara progresif
2.
Slavin (2004), belajar adalah proses proses
perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman
3.
C.T Morgan (1962),
belajar adalah sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
sebagai akibat atau hasil dari pengalaman itu.
4.
Hilgard (Suryabrata, 2001:232),
menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja,
yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perbuatan
yang ditimbulkan oleh lainnya.
5.
Gerow (1989:168), mengemukakan bahwa
“Learning is demonstrated by a relatively permanent change in behavior that
occurs as the result of practice or experience”.
Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman.
Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman.
6.
Bower (1987: 150), “Learning is a cognitive process”.
Belajar adalah suatu proses kognitif.
B.
Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau
kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar
behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar
konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek
objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk
menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar
sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide
baru atau konsep.
1. Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
C. Gaya Belajar
1. Pengertian
Gaya Belajar
M. Joko Susilo
(2009: 94) mengatakan sebagai berikut : “gaya belajar adalah cara yang
cenderung dipilih seorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan
memperoleh informasi tersebut”. Sedangkan Bobbi Deporter dan Mike Hernacki
(2010:112) mengemukakan bahwa gaya belajar adalah kombinasi bagai mana anda menyerap,
dan kemudian mengatur serta mengelola informasi. Senada dengan yang diungkapkan
oleh Munif Chatib (2009:136) bahwa gaya belajar adalah cara informasi masuk
kedalam otak melalui indra yang kita miliki.
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah gaya konsisten
yang ditunjukan individu untuk menyerap informasi, mengatur, mengelola
informasi tersebut dengan mudah dalam proses penerimaan, berfikir, mengingat,
dan pemecahan masalah dalam menghadapi proses belajar mengajar agar tercapai
hasil maksimal sesuai dengan kemampuan, kepribadian, dan sikapnya.
2. Model Gaya
Belajar
Kemampuan
seorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda-beda
tingkatannya. Ada yang cepat, sedang ada pula yang sangat lambat. Karenanya
mereka harus menempuh cara yang berbeda untuk bias memahami sebuah informasi
atau pelajaran yang sama. Terkadang siswa suka guru mereka mengajar dengan
menuliskan segalanya dipapantulis, dengan begitu mereka dapat membaca dan
mencoba untuk memahaminya.
Ada juga siswa yang yang lebih suka guru mereka
mengajar dengan menyampaikan materi pelajaran secara lisan, tak ubahnya seperti
seorang penceramah yang diharapkan bercerita panjang lebar tentang beragam
teori dan banyak ilustrasinya, sedangkan siswa hanya mendengarkan sambil
menggambarkan isi ceramah tersebut dalam bentuk yang mereka pahami sendiri.
Perbedaan-perbedaan tersebut cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu
dapat menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.
Perbedaan-perbedaan
siswa dalam mengelola informasi di atas dipengaruhi oleh adanya perbedaan gaya
belajar siswa sesuai dengan kebiasaan dan seleranya. Menurut DePorter dan
Hernacki (2009) berpendapat tentang model gaya belajar sebagai berikut :”model
gaya belajar mencangkup gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya
belajar kinestetik”. Pemahaman tentang gaya belajar diharapkan dapat menentukan
langkah-langkah supaya belajar lebih cepat dan mudah sesuai dengan kondisi
masing-masing
a) Gaya Belajar
Visual
Gaya belajar visual
cenderung lebih dominan dalam penglihatannya dibanding dengan pendengaran dan
gerakan-gerakan. Gaya belajar visual cenderung lebih khusus belajar melihat
pada focus telaahanya. Menurut DePorter dan Hernacki (2010:116) ciri-ciri gaya
belajar visual adalah :
1).
Rapi dan teratur
2).
Berbicara dengan cepat
3).
Perencana dan pengatur jangka
panjang yang baik
4). Teliti terhadap detail
5). Mementingkan
penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi
6). Pengeja yang
baik dan dapat melihat kata–kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka
7). Mengingat apa
yang dilihat, daripada apa yang didengar
8). Mengingat
dengan asosiasi visual
9). Biasanya tidak
terganggu oleh keributan
10). Mempunyai
masalah untuk mengingat interupsi verbal kecuali juka ditulis, dan sering kali
minta bantuan orang untuk mengulanginya.
11). Pembaca cepat
dan tekun
12). Lebih suka
membaca daripada dibacakan
13). Membutuhkan
pandangan dan tujuan menyeluruh dan sikap waspada sebelum secara mental merasa
pasti tentang suatu masalah atau proyek.
14). Mencoret-coret
tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat
15). Lupa
menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
16). Sering menjawab
pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak
17). Lebih suka
melakukan demonstrasi daripada berpidato
18). Lebih suka seni
daripada music
19). Seringkali
mengetahui apa yang harus dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata – kata
Ciri gaya
belajar diatas yang memegang peran penting yaitu mata/penglihatan ( visual).
Dalam hal ini penggunaan metode pengajaran guru lebih dititik beratkan pada
peragaan atau media, ajak mereka ke objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran
tersebut, atau dengan cara menunjukan alat peraga langsung pada siswa atau
menggambarkannya di papan tulis. Gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh
dan ekspresi muka gurunya supaya mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung
untuk duduk didepan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berfikir dengan
gambar–gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan
tampilan–tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, video dan
lebih suka mencatat detil-detilnya dalam mendapatkan informasi.
b) Gaya Belajar
Auditorial
Gaya belajar
auditorial adalah gaya belajar yang lebih cenderung melalui suara dalam proses
pembelajaran. Menurut DePorter dan Hernacki (2010:117) cirri-ciri gaya belajar
auditorial diantaranya :
1) Berbicara pada dirinya sendiri saat bekerja
2) Mudah terganggu oleh keributan
3) Menggerakan bibir merekka dan mengucapkan tulisan
di buku ketika membaca
4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
5) Ddapat mengulang kembali dan menirukan nada,
berirama, dan warna suara
6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam
bercerita
7) Berbicara dalam irama yang terpola
8) Biasanya pembicara yang fasih
9) Lebih suka musiik dari pada seni
10) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada yang dilihat
11) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan
sesuatu panjang lebar
12) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang
melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama
lain
13) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada
menuliskannya
14) Lebuh suka gurauan lisan daripada membaca komik
Ciri-ciri gaya
belajar tersebut dapat disimpulkan, siswa yang mempunyai gaya belajar
auditorial dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan
mendengarkan penjelasan guru. Gaya belajar auditorial dapat mencerna makna
penyampaian melalui suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan bicara dan
hal-hal auditorial lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna minim
bagi siswa auditorial. Siswa seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat
dengan membaca dengan bersuara serta melalui media seperti kaset, radio, dan
lain-lain
c) Gaya Belajar
Kinestetik
Gaya belajar
kinestetik memiliki gaya belajar dengan melakukan segala sesuatu secara
langsung melalui gerak dan sentuhan. Menurut DePorter dan Hernacki (2010:118)
cirri belajar kinestetik diantaranya :
1) Berbicara dengan perlahan
2) Menanggapi perhatian fisik
3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
6) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar
7) Belajar melalui manipulasi dan praktik
8) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
9) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
10) Banyak menggunakan isyarat tubuh
11) Tidak dapat duduk diam dalam waktulama
12) Tidak dapat mengingat geografi kecuali jika memang
telah pernah berada ditempat itu
13) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
14) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot-mereka
mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
15) Kemungkinan tulisannya jelek
16) Ingin melakukan segala sesuatu
17) Menyukai permainan yang menyibukan
Siswa yang
mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui gerak, menyentuh, dan
melakukan. Siswa seperti ini sulit untuk duduk berjam-jam karena keinginan
mereka untuk beraktifitas dan bereksplorasi sangat kuat. Sehingga proses
belajar dengan gaya belajar seperti ini harus melalui gerakan dan sentuhan.
Ketika jenis
gaya belajar tersebut memiliki ciri-ciri dominan dalam melakukan suatu
kegiatan. Begitu pula dengan gaya belajar siswa, terlihat adanya ciri-ciri
dominan dalam suatu proses kegiatan pembelajaran, sehingga dapat mencapai hasil
maksimal.
a. Tahapan
Perkembangan Gaya Belajar Siswa
1. Tahapan
Anak-anak (6-11) tahun
Pada tahapan ini
siswa sudah dapat menilai mana guru yang lebih enak dalam mengajar. Bahkan
mereka telah menginginkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk belajar.
Misalnya nuansa kelas yang rapih dah bersih membuat mereka nyaman dan efektif
untuk belajar serta membuat mereka untuk selalu semangat untuk mengikuti
pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh guru. selanjutnya pada tahapan ini
mereka terkadang mencari kesempatan menyimak dan mengikuti pembicaraan orang
deasa yang ternyata dapat menambah wawasan dan membawa cakrawala berpikir, M. Joko
S (2009:102).
2. Tahap Remaja
Awal (12-15) tahun
Pada tahap
remaja awal umumnya siswa sudah duduk pada sekolah menengah pertama ( SMP).
Pada masa ini siswa sudah mengalami perubahan-perubahan fisik sesuai yang
dijelaskan Kohlen dan Thompson ( M. Joko s 2009:102) perkembangan fisik
tersebut meliputi system syaraf, otot-otot, kelenjar endogrin. Selain itu siswa
juga mengalami perubahan psikologis dalam diri siswa terkadang membawa unsure
kestabilan siswa dalam menilai suatu tindakan verbal maupun non-verbal dari
orang lain.
3. Tahap Remaja
Madya (15-18) tahun
Pada masa ini
siswa masuk jenjang Sekolah Menengah Atas ( SMA) yang merupakan masa peralihan
dari masa remaja menuju dewasa. Pada masa ini siswa mulai menunjukan sifat
pemberontak. Selain itu pada masa ini prestasi siswa dalam akademik kurang baik
karena mereka terbawa arus pergaulan yang kadang kala tidak mampu mereka saring
mana yang baik dan mana yang buruk. Kenakalan siswa seperti membolos sekolah,
tawuran, menggangu teman bahkan mulai berani menentang guru lebih terlihat pada
siswa kelas XI. Bahkan pada masa ini gaya belajar mereka pun terkesan amburadul
dan tidak memiliki manajemen belajar yang baik, M. Joko S ( 2009:104)
4. Tahap Remaja
Akhir ( 19-22) tahun
Pada masa ini
siswa sudah dewasa dan mandiri, tepatnya pada bangku perkuliahan mereka sudah
berganti setatus menjadi mahasiswa. Pada perkembangan proses gaya belajar
dimasa ini remaja cenderung selalu terbuai dengan waktu. Remaja pada masa ini
memiliki majajemen waktu yang buruk sehingga gaya belajar yang dikembangan
cenderung salah, karena masih dalam proses transisi antara program pembelajaran
di SMA dengan program di perkuliahan.
D. Komponen-Komponen Belajar
Belajar dan Pembelajaran adalah suatu
sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang
berinterelasi dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya dan dengan
keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen-komponen tersebut adalah :
A. Tujuan Pendidikan
dan Pembelajaran
Tujuan memiliki nilai yang sangat
penting di dalam pengajaran, bahkan mungkin dapat dikatakan bahwa tujuan
merupakan faktor yang terpenting dalam kegiatan dan proses belajar dan
pembelajaran. Nilai-nilai tujuan dalam pembelajaran, diantaranya adalah :
* Tujuan pendidikan mengarahkan dan
membimbing kegiatan guru dan murid dalam proses pembelajaran. Dengan adanya
tujuan maka semua usaha dan pemikiran guru tertuju kearah pencapaian tujuan
tersebut.
* Tujuan pendidikan memberikan motivasi
kepada guru dan siswa. Tujuan yang baik akan mendorog kegiatan-kegiatan guru
dan siswa.
* Tujuan pendidikan memberikan pedoman
dan petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar
atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa
* Tujuan pendidikan penting maknanya
dalam rangka memilih dan menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan
* Tujuan pendidikan penting dalam
menentukan alat/teknik penilaian guru terhadap hasil belajar siswa.
==> Tingkat-Tingkat Tujuan pendidikan
Tujuan pedidikan dan pembelajaran dapat
kita bagi menjadi lima tingkatan/jenjang sesuai dengan ruang lingkup dan
sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu. Tingkatan tujuan tersebut terdiri
dari :
1. Tujuan pendidikan nasional, merupakan tujuan umum dari sistem
pendidikan nasional. Berisi tujuan jangka panjang dan sangat luas serta menjadi
pedoman bagi semua kegiatan/usaha pendidikan di negara kita.
2. Tujuan lembaga pendidikan, merupakan tujuan yang ditetapkan oleh
masing-masing lembaga pendidikan dimana tujuan yang ditetapkan tersebut akan
berbeda satu sama lain. Tujuan yang ditetapkan disesuaikan dengan kondisi,
jenis dan tingkatan masing-masing lembaga tersebut.
3. Tujuan kurikuler/kurikulum, tujuan yang ditetapkan berdasarkan
kurikulum yang berlaku
4. Tujuan mata pelajaran, tujuan yang ditetapkan sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkan
5. Tujuan pembelajaran, merupakan tujuan yang bersifat
operasioanl dan dirumuskan dalam rencana pembelajaran harian (lesson plan)
B. Peserta Didik atau Siswa
1.
Pertumbuhan dan Perkembangan Siswa
Guru yang efektif perlu memahami
pertumbuhan dan perkembangan siswa secara komprehensif. Pemahaman ini akan
memudahkan guru untuk menilai kebutuhan siswa dan merencanakan tujuan, bahan,
prosedur belajar pembelajaran dengan tepat. Beberapa hal yang perlu
diketahui/dipahami tentang peserta didik atau siswa, diataranya :
1.
Konsep
dasar tentang perkembangan siswa,
terdiri dari pertumbuhan, kematangan, kedewasaan, perkembangan dan perkembangan
yang normal.
Pertumbuhan adalah pertambahan secara kuantitatif
dari substansi atau struktur yang umumnya ditandai dengan perubahan-perubanhan
biologis pada diri seseorang menuju kearah kematangan. Kematangan adalah
tingkat atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan seseorang. Kedewasaan
(maturation) adalah kemjauan pertumbuhan yang normal ke arah kematangan.
Proses maturasi disebabkan oleh faktor
pertumbuhan dari dalam pada berbagai kapasitas adan struktur. Perkembangan
menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang yakni
perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi dan efisiensi. Perkembangan
bersifat keseluruhan dan umumnya berjalan lambat.
2. Prinsip-prinsip
pertumbuhan dan perkembangan
* Belajar adalah mengalami
* Belajar menunjukkan adanya perubahan
kelakuan atau sikap.
* Setiap siswa memiliki keunikan dalam
pola perkembangannya
* Pengajaran yang tidak sesuai dengan
tingkat kematangan anak tidak akan berhasil baik.
* Pertumbuhan dalam diri seseorang
berjalan secara kontinu
3. Kebutuhan-kebutuhan
peserta didik (siswa)
Banyak ahli-ahli yang telah merumuskan
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh individu, diantaranya adalah:
·
Prescott, menyatakan bahwa kebutuhan individu
dibedakan menjadi tiga yaitu: kebutuhan fisiologis (melakukan kegiatan,
istirahat, kegiatan seksual dll), kebutuhan sosial atau status (menerima
dan diterima, menyukai orang lain) dan kebutuhan ego atau integratif
(kontak dengan kenyataan, menemukan individualitas sendiri, menambah kematangan
diri dll)
·
Maslow menyatakan kebutuhan-kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh individu, antara lain : kebutuhan akan keselamatan,
kebutuhan memiliki dan mencintai, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan
untuk menonjolkan diri.
4. Kebutuhan
peserta didik dan fungsi sekolah
Sekolah adalah suatu lembaga sosial yang
berfungsi memenuhi/memuaskan kebutuhan-kebutuhan murid dalam hal pendidikannya.
Dilain pihak murid-murid juga mengharapkan agar sekolah dapat memberikan
kepuasan terhadap kebutuhan akan pendidikan bagi mereka.
2. Mengenal Murid
Apa dan siapa sebenarnya murid itu?.
Murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru,
tujuan dan metode pengajaran. Selain itu murid adalah unsur penentu dalam
proses belajar mengajar, karena tanpa adanya murid sesungguhnya tidak akan
terjadi proses pengajaran.
a. Pandangan
tentang murid sebagai anak
·
Pandangan
lama, menyebutkan bahwa anak adalah orang
dewasa yang kecil. Karena itu segala seuatunya perlu dipersamakan seperti
halnya orang dewasa.
·
Anak
adalah sebagai anak.
Anak tidak bisa dan tidak mengkin dipersamakan dengan orang dewasa. Ia memiliki
ciri-cirinya tersendiri, perlakuan kepada anak tidak boleh dipersamakan dengan
perlakuan kepada orang dewasa.
·
Anak
adalah hidup di dalam masyarakat dan dipersiapkan untuk hidup di dalam
masyarakatnya.
Sebagai calon anggota masyarakat maka ia harus dipersiapkan sesuai dengan
masyarakat setempat.
b. Murid
adalah pribadi yang kompleks
Anak adalah suatu organism yang hidup,
yang mereaksi, berbuat dan sebagainya. Organism yang hidup memiliki suatu
kebutuhan, minat, kemampuan, intelek dan masalah-masalah tertentu. Ia tidak
hanya tinggal diam akan tetapi bersikap aktif. Ia bersifat unik, memiliki bakat
dan kematangan, berkat adanya pengaruh-pengaruhdari luar seperti, keluarga,
masyarakat, status sosial ekonomi keluarga, tingkatan dan jenis pekerjaan orang
tua, pengaruh-pengaruh dari kebudayaan dan sebagainya sehingga membentuk
pribadi anak menjadi kompleks.
c. Tujuan
mengenal murid
Guru mengenal murid-muridnya dengan
maksud agar guru dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan secara efektif.
Penting sekali mengenal dan memahami murid dengan seksama, agar guru dapat
menentukan dengan seksama bahan-bahan yang akan diberikan, menggunakan prosedur
belajar yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan.
d. Hal-hal yang perlu dikenal tentang
kepribadian murid dalam proses belajar mengajar
1.
Latar
belakang masyarakat,
kultur masyarakat dimana siswa tinggal, besar pengaruhnya terhadap sikap siswa.
Kultur ini menyebabkan siswa memiliki sikap yang berbeda-beda tentang agama,
politik, masyarakat dan cara bertingkah lakunya. Tiap masyarakat memberikan
pengaruh yang berlainan terhadap siswa sehingga tiap siswa memiliki pribadinya
sendiri-sendiri.
2.
Latar
belakang keluarga,
situasi di dalam keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial,
minat, sikap, tujuan, disiplin dan perbuatan siswa di sekolah. Guru perlu
mengenal situasi dan kondisi dalam keluarga siswa agar dapat merencanakan
kegiatan-kegiatan yang serasi.
3.
Tingkat
inteligensi,
hasil tes inteligensi dapat menjadi sumber yang menggambarkan tentang kemampuan
belajar siswa. Tingkat inteligensi dapat digunakan untuk memperkirakan keberhasilan
seorang siswa
4.
Hasil
belajar, guru perlu mengenal
hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang telah diperolehnya sebelumnya.
Hal ini dapat membantu guru mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat
memperkirakan hasil dan kemajuan belajar selanjutnya.
5.
Kesehatan
badan, guru perlu
mengetahui secara berkala tentang keadaan kesehatan dan pertumbuhan siswa.
Keadaan kesehatan dan pertumbuhan ini besar pengaruhnya terhadap hasil
pendidikan dan penyesuaian sosial mereka.
6.
Hubungan-hubungan
antarpribadi,
hubungan-hubungan pribadi saling aksi dan mereaksi, penerimaan oleh anggota
kelompok, kerjasama dengan teman-teman sekelompok akan menentukan perasaan puas
dan rasa aman disekolah. Hal-hal ini berpengaruh pada kelakuan dan
motivasi belajarnya
7.
Kebutuhan-kebutuhan
emosional, kebutuhan emosional
seperti ingin diterima, berteman/bercinta, dan rasa aman sangat penting bagi
siswa untuk dipenuhi. Apabila tidak terpenuhi maka akan menimbulkan frustasi
dan gangguan mental lainnya.
8.
Sifat-sifat
kepribadian,
dengan mengenal sifat-sifat kepribadian murid maka akan memudahkan guru
mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka. Selain itu juga untuk menyediakan
(merencanakan) kegiatan-kegiatan yang serasi dengan kepribadian mereka
9.
Bermacam-macam
minat belajar,
dengan mengenal minat-minat muridnya, akan memudahkan guru dalam memilih bahan
pelajaran, merencanakan pengalaman belajar, menuntun mereka ke arah pengetahuan
dan untuk mendorong motivasi belajar siswa.
C.
Tenaga Kependidikan (Guru)
Sebelum
ia memulai tugasnya sebagai guru, ia harus mempelajari lebih dulu kurikulum
sekolah itu dan memahami semua program pendidikan yang sedang dilaksanakan.
Pada hari pertama dan pada hari selanjutnya guru harus berusaha untuk mengenal
tentang muridnya dan berkenalan dengan semua guru dan staf sekolah lainnya,
selanjutnya ia akan melaksanakan program pendidikan disekolah. Setiap ia
mengajar, ia perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan
sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan.
1.
Syarat-syarat
menjadi guru
- Harus memiliki bakat sebagai guru
- Harus memiliki keahlian sebagai guru
- Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
- Memiliki mental yang sehat
- Berbadan sehat
- Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
2.
Peranan Guru
Peranan guru sangat luas, antara lain:
1. Guru sebagai pengajar, guru bertugas memberikan /
menyampaikan pengajaran didalam sekolah (kelas) agar siswa memahami dengan baik
semua pengetahuan yang telah disampaikan.
2. Guru sebagai pembimbing, guru berkewajiban memberikan bantuan
kepada siswa agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan
masalahnya, mengenal diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
3. Guru sebagai ilmuwan, guru dipandang sebagai orang yang
paling berpengetahuan. Ia tidak hanya berkewajiaban menyampaikan pengetahuan
yang dimilikinya kepada murid tetapi juga mengembangkan pengetahuannya
tersebut.
4. Guru sebagai pemimpin, guru harus mempunyai jiwa kepemimpinan
yang baik. Jiwa kepemimpinan yang baik akan berpengaruh pada berhasil tidaknya
ia dalam mengelola kelas.
5. Guru sebagai penghubung, guru berperan sebagai penghubung
antara sekolah dengan masyarakat
6. Guru sebagai pembaharu, guru berusaha mengikuti
pembaharuan-pembaharuan diberbagai bidang dan berusaha untuk menyampaikannya
kepada siswa dan masyarakat
7. Guru sebagai pembangun, guru baik sebagai pribadi maupun guru
dapat menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk membantu berhasilnya rencana
pembangunan masyarakat.
8. Guru sebagai pribadi, setiap guru memiliki sifat-sifat
pribadi yang disenangi oleh siswanya. Oleh sebab itu ia harus memupuk
sifat-sifat positif yang ada pada pribadinya.
3.
Tanggung jawab guru
1.
Guru
harus menuntut murid-murid belajar
2.
Turut
serta membina kurikulum sekolah
3.
Melakukan
pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan jasmani)
4.
Memberikan
bimbingan kepada murid
5.
Melakukan
diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas
kemajuan belajar
6.
Menyelenggarakan
penelitian
7.
Mengenal
masyarakat dan ikut serta aktif
8.
Menghayati,
mengamalkan dan mengamankan pancasila
9.
Turut
serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia
10.
Turut
menyukseskan pembangunan
11.
Tanggung
jawab meningkatkan peranan professional guru.
Tanggung jawab guru yang terpenting
adalah merencanakan dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-kegiatan
belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Guru juga
merupakan seorang key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan
kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid. Karena itu guru harus
turut aktif dalam pembinaan kurikulum disekolah.
D.
Perencanaan Pembelajaran
Guru
yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu
faktor yang bisa membawa keberhasilan itu adalah guru tersebut senantiasa
membuat perencanaan mengajar sebelumnya.
Fungsi
perencanaan pembelajaran, antara lain:
- Memberi pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu
- Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya terhadap pencapaian tujauan
- Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan
- Membantu guru dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa, minat, dan motivasi belajar siswa
- Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar
- Murid-murid akan menghormati guru-guru yang sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk mengajar
- Memberikan kesempatan bagi guru untuk memajukan pribadinya dan mengembangkan profesinya
- Membantu guru memiliki rasa percaya diri pada diri sendiri dan jaminan atas dirinya
- Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa memberikan bahan-bahan yang up to date kepada murid
E.
Strategi / Metode Pembelajaran
Metode
merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh
guru dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Untuk dapat mengajar dengan baik seorang guru harus menguasai metode mengajar
yang baik pula. Lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar,
yaitu:
- Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya
- Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya
- Situasi berlainan keadaannya
- Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitasnya
- Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda-beda.
F.
Media Pembelajaran
Media
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Dalam belajar pembelajaran media pembelajaran mempunyai fungsi
sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Melalui media pengajaran yang tepat,
diharapkan guru dapat memberikan pengalaman belajar yang banyak dengan cara
yang sedikit.
Dwyer
(dalam Sutikno, 2009) berpendapat bahwa belajar yang sempurna hanya dapat
tercapai jika menggunakan bahan-bahan audio-visual yang mendekati realitas.
Sebagai media dalam pendidikan dan pengajaran, maka alat audio-visual harus
mempunyai sifat sebagai berikut:
- Kemampuan untuk meningkatkan persepsi
- Kemampuan untuk meningkatkan kemampuan
- Kemampuan untuk meningkatkan transfer belajar
- Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement)
- Kemampuan untuk meningkatkan ingatan.
G.
Evaluasi Pembelajaran
Evalusai
pengajaran merupakan suatu komponen dalam sistem pengajaran. Fungsi-fungsi
pokok evaluasi antara lain:
a. Fungsi
edukatif, berfungsi untuk
memperoleh informasi tentang keseluruhan sistem dan/atau salah satu subsistem
pendidikan.
b. Fungsi
institusional,
berfungsi untuk mengumpulkan informasi akurat tentang input dan output
pembelajaran disamping proses pembelajaran itu sendiri. Mengetahui sejauh mana
kemajuan siswa dalam proses belajar setelah mengikuti pembelajaran
c.
Fungsi diagnostic,
berfungsi untuk mengetahui kesulitan masalah-masalah yang sedang dihadapi
oleh siswa dalam proses/kegiatan belajarnya.
d. Fungsi
administratif, berfungsi
untuk mengetahui tingkat kemampuan guru dalam proses belajar mengajar
e.
Fungsi kurikuler, berfungsi
menyediakan data dan informasi yang akurat dan berdaya guna bagi pengembangan
kurikulum
f.
Fungsi manajemen, berfungsi
sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan untuk membuat keputusan manajemen pada
semua jenjang manajemen
Teknik-teknik
evaluasi:
1.
Hasil
dari assesment terhadap siswa
2.
Kuesioner
dan wawancara dengan siswa
3.
Observasi
terhadap pelaksanaan sistem instruksional
4.
Umpan
balik dari starf pengajar yang langsung terlibat dalam sistem instruksional
5.
Umpan
balik dari orang-orang yang tak langsung terlibat dengan sistem instruksional
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat saya
paparkan mengenai “Teori Belajar, Gaya
Belajar dan Komponen-Komponen Belajar”, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Saya berharap Bapak Ashari As, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Belajar
dan Pembelajarn serta teman-teman sekalian agar sudi kiranya memberikan kritik
dan saran demi kesempurnaan makalah pada kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi kita semua, Aamiin !!!
Semoga bermanfaat
BalasHapus