Senin, 23 Maret 2015

~ Mata Kuliah "Belajar dan Pembelajaran"


                                                                                                          Dosen Pembimbing
                                                                                                   Ashari As, S.Pd, M. Pd


MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI, GAYA DAN KOMPONEN-KOMPONEN BELAJAR

 
 

Oleh

HAERATI
Nim : 13. 54. 008

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS

UNIVERSITAS TRIDHARMA BALIKPAPAN

TAHUN AKADEMIK 2013 / 2014




KATA PENGANTAR




Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “TEORI BELAJAR, GAYA BELAJAR, DAN KOMPONEN-KOMPONEN BELAJAR”


Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran di Universitas Tridharma Balikpapan.

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Saya mengakui bahwa saya adalah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Saya bersedia menerima kritik dan saran sebagai pelajaran untuk kedepanya.

Dalam penulisan makalah ini saya berterima kasih kepada orang-orang yang menyumbangkan artikel mengenai defenisi pendidikan ini, baik media internet maupun media pustaka.

Akhirnya saya berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal ‘Alamin.









DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................       1

Daftar Isi .....................................................................................................................        2

Bab I.  Pendahuluan ....................................................................................................        3

A.    Latar Belakang ......................................................................................................        3

B.     Rumusan Masalah ................................................................................................        3

Bab II.  Pembahasan ..................................................................................................         4

A.    Defenisi Belajar ...................................................................................................         4

B.     Teori Belajar..........................................................................................................        5

C.     Gaya Belajar ........................................................................................................        6

D.    Komponen-Komponen Belajar.............................................................................        12

Bab III. Penutup .........................................................................................................        22






  
BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

Pendidikan adalah kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi lain. Maka para pendidik harus berhati-hati dalam menjalankan suatu proses pembelajaran. Pendidik yang malas, tidak peduli peserta didik, kurang kasih sayang dan sifat negatif lainnya harus segera berhenti berperilaku demikian. Kalau tidak, para peserta didik akan mewarisi sikap negatif tersebut ke generasi selanjutnya.

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.

pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja. Ternyata teori ini sangat hebat. Namun sayang prakteknya tidak semulus teori. Kenapa banyak peserta didik atau mahasiswa yang kesulitan bekerja setelah lulus? Kenapa banyak peserta didik atau mahasiswa yang minim wawasan dan pengetahuan?

Apakah hal di atas terjadi sepenuhnya karena kesalahan peserta didik atau mahasiswa? Tidak adakah hal yang bisa diperbaiki dari pendidiknya?

Pada makalah ini akan dijelaskan tentang tata bagaimana Teori Belajar, Gaya Belajar, dan Komponen-Komponen Belajar

B.    Rumusan Masalah
~   Apa defenisi belajar
~   Bagaimana teori belejar
~   Bagaimana gaya belajar
~   Apa saja komponen-komponen belajar


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Defenisi Belajar
 
Pengertian Belajar Menurut Para Ahli

Banyak tokoh yang telah mengemukakan tentang pengertian belajar. pengertian belajar pada umumnya berarti serangkaian proses kegiatan yang melibatkan murid, guru dsb untuk mencapai suatu tujuan

Pengertian belajar menurut para ahli :

1.       Skinner (1978), belajar adalah suatu proses adaptasi / penyesuaian tingkah laku yang berlangsusng secara progresif

2.       Slavin  (2004), belajar adalah proses proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman

3.       C.T Morgan (1962), belajar adalah sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman itu.

4.       Hilgard (Suryabrata, 2001:232), menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.

5.       Gerow (1989:168), mengemukakan bahwa “Learning is demonstrated by a relatively permanent change in behavior that occurs as the result of practice or experience”.
Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman.

6.       Bower (1987: 150),  “Learning is a cognitive process”.  Belajar adalah suatu proses kognitif.


 
 
 B.        Teori Belajar 

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme,  teori belajar kognitivisme, dan  teori belajar konstruktivisme.  Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

1.     Teori belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

2.     Teori  Belajar kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.


C.    Gaya Belajar

1. Pengertian Gaya Belajar

M. Joko Susilo (2009: 94) mengatakan sebagai berikut : “gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memperoleh informasi tersebut”. Sedangkan Bobbi Deporter dan Mike Hernacki (2010:112) mengemukakan bahwa gaya belajar adalah kombinasi bagai mana anda menyerap, dan kemudian mengatur serta mengelola informasi. Senada dengan yang diungkapkan oleh Munif Chatib (2009:136) bahwa gaya belajar adalah cara informasi masuk kedalam otak melalui indra yang kita miliki.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah gaya konsisten yang ditunjukan individu untuk menyerap informasi, mengatur, mengelola informasi tersebut dengan mudah dalam proses penerimaan, berfikir, mengingat, dan pemecahan masalah dalam menghadapi proses belajar mengajar agar tercapai hasil maksimal sesuai dengan kemampuan, kepribadian, dan sikapnya.

2. Model Gaya Belajar

Kemampuan seorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda-beda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang ada pula yang sangat lambat. Karenanya mereka harus menempuh cara yang berbeda untuk bias memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Terkadang siswa suka guru mereka mengajar dengan menuliskan segalanya dipapantulis, dengan begitu mereka dapat membaca dan mencoba untuk memahaminya. 

Ada juga siswa yang yang lebih suka guru mereka mengajar dengan menyampaikan materi pelajaran secara lisan, tak ubahnya seperti seorang penceramah yang diharapkan bercerita panjang lebar tentang beragam teori dan banyak ilustrasinya, sedangkan siswa hanya mendengarkan sambil menggambarkan isi ceramah tersebut dalam bentuk yang mereka pahami sendiri. Perbedaan-perbedaan tersebut cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu dapat menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.

Perbedaan-perbedaan siswa dalam mengelola informasi di atas dipengaruhi oleh adanya perbedaan gaya belajar siswa sesuai dengan kebiasaan dan seleranya. Menurut DePorter dan Hernacki (2009) berpendapat tentang model gaya belajar sebagai berikut :”model gaya belajar mencangkup gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik”. Pemahaman tentang gaya belajar diharapkan dapat menentukan langkah-langkah supaya belajar lebih cepat dan mudah sesuai dengan kondisi masing-masing

a) Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual cenderung lebih dominan dalam penglihatannya dibanding dengan pendengaran dan gerakan-gerakan. Gaya belajar visual cenderung lebih khusus belajar melihat pada focus telaahanya. Menurut DePorter dan Hernacki (2010:116) ciri-ciri gaya belajar visual adalah :

1).  Rapi dan teratur

2).  Berbicara dengan cepat

3).  Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik

4). Teliti terhadap detail

5). Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi

6). Pengeja yang baik dan dapat melihat kata–kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka

7). Mengingat apa yang dilihat, daripada apa yang didengar

8). Mengingat dengan asosiasi visual

9). Biasanya tidak terganggu oleh keributan

10). Mempunyai masalah untuk mengingat interupsi verbal kecuali juka ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

11). Pembaca cepat dan tekun

12). Lebih suka membaca daripada dibacakan

13). Membutuhkan pandangan dan tujuan menyeluruh dan sikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek.

14). Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat

15). Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

16). Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak

17). Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato

18). Lebih suka seni daripada music

19). Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata – kata

Ciri gaya belajar diatas yang memegang peran penting yaitu mata/penglihatan ( visual). Dalam hal ini penggunaan metode pengajaran guru lebih dititik beratkan pada peragaan atau media, ajak mereka ke objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukan alat peraga langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya supaya mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk didepan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berfikir dengan gambar–gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan–tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, video dan lebih suka mencatat detil-detilnya dalam mendapatkan informasi.

b) Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang lebih cenderung melalui suara dalam proses pembelajaran. Menurut DePorter dan Hernacki (2010:117) cirri-ciri gaya belajar auditorial diantaranya :

1) Berbicara pada dirinya sendiri saat bekerja

2) Mudah terganggu oleh keributan

3) Menggerakan bibir merekka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

5) Ddapat mengulang kembali dan menirukan nada, berirama, dan warna suara

6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita

7) Berbicara dalam irama yang terpola

8) Biasanya pembicara yang fasih

9) Lebih suka musiik dari pada seni

10) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat

11) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar

12) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain

13) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

14) Lebuh suka gurauan lisan daripada membaca komik

Ciri-ciri gaya belajar tersebut dapat disimpulkan, siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan penjelasan guru. Gaya belajar auditorial dapat mencerna makna penyampaian melalui suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan bicara dan hal-hal auditorial lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna minim bagi siswa auditorial. Siswa seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca dengan bersuara serta melalui media seperti kaset, radio, dan lain-lain

c) Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik memiliki gaya belajar dengan melakukan segala sesuatu secara langsung melalui gerak dan sentuhan. Menurut DePorter dan Hernacki (2010:118) cirri belajar kinestetik diantaranya :

1)  Berbicara dengan perlahan

2)  Menanggapi perhatian fisik

3)  Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka

4)  Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang

5)  Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

6)  Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar

7)  Belajar melalui manipulasi dan praktik

8)  Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

9)  Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca

10)  Banyak menggunakan isyarat tubuh

11)  Tidak dapat duduk diam dalam waktulama

12) Tidak dapat mengingat geografi kecuali jika memang telah pernah berada ditempat itu

13)  Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

14)  Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot-mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

15)  Kemungkinan tulisannya jelek

16)  Ingin melakukan segala sesuatu

17)  Menyukai permainan yang menyibukan

Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui gerak, menyentuh, dan melakukan. Siswa seperti ini sulit untuk duduk berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan bereksplorasi sangat kuat. Sehingga proses belajar dengan gaya belajar seperti ini harus melalui gerakan dan sentuhan.
Ketika jenis gaya belajar tersebut memiliki ciri-ciri dominan dalam melakukan suatu kegiatan. Begitu pula dengan gaya belajar siswa, terlihat adanya ciri-ciri dominan dalam suatu proses kegiatan pembelajaran, sehingga dapat mencapai hasil maksimal.

a. Tahapan Perkembangan Gaya Belajar Siswa

1. Tahapan Anak-anak (6-11) tahun

Pada tahapan ini siswa sudah dapat menilai mana guru yang lebih enak dalam mengajar. Bahkan mereka telah menginginkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk belajar. Misalnya nuansa kelas yang rapih dah bersih membuat mereka nyaman dan efektif untuk belajar serta membuat mereka untuk selalu semangat untuk mengikuti pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh guru. selanjutnya pada tahapan ini mereka terkadang mencari kesempatan menyimak dan mengikuti pembicaraan orang deasa yang ternyata dapat menambah wawasan dan membawa cakrawala berpikir, M. Joko S (2009:102).

2. Tahap Remaja Awal (12-15) tahun

Pada tahap remaja awal umumnya siswa sudah duduk pada sekolah menengah pertama ( SMP). Pada masa ini siswa sudah mengalami perubahan-perubahan fisik sesuai yang dijelaskan Kohlen dan Thompson ( M. Joko s 2009:102) perkembangan fisik tersebut meliputi system syaraf, otot-otot, kelenjar endogrin. Selain itu siswa juga mengalami perubahan psikologis dalam diri siswa terkadang membawa unsure kestabilan siswa dalam menilai suatu tindakan verbal maupun non-verbal dari orang lain.

3. Tahap Remaja Madya (15-18) tahun

Pada masa ini siswa masuk jenjang Sekolah Menengah Atas ( SMA) yang merupakan masa peralihan dari masa remaja menuju dewasa. Pada masa ini siswa mulai menunjukan sifat pemberontak. Selain itu pada masa ini prestasi siswa dalam akademik kurang baik karena mereka terbawa arus pergaulan yang kadang kala tidak mampu mereka saring mana yang baik dan mana yang buruk. Kenakalan siswa seperti membolos sekolah, tawuran, menggangu teman bahkan mulai berani menentang guru lebih terlihat pada siswa kelas XI. Bahkan pada masa ini gaya belajar mereka pun terkesan amburadul dan tidak memiliki manajemen belajar yang baik, M. Joko S ( 2009:104)

4. Tahap Remaja Akhir ( 19-22) tahun

Pada masa ini siswa sudah dewasa dan mandiri, tepatnya pada bangku perkuliahan mereka sudah berganti setatus menjadi mahasiswa. Pada perkembangan proses gaya belajar dimasa ini remaja cenderung selalu terbuai dengan waktu. Remaja pada masa ini memiliki majajemen waktu yang buruk sehingga gaya belajar yang dikembangan cenderung salah, karena masih dalam proses transisi antara program pembelajaran di SMA dengan program di perkuliahan.

D.    Komponen-Komponen Belajar
Belajar dan Pembelajaran adalah suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen-komponen tersebut adalah :

A.    Tujuan Pendidikan dan Pembelajaran

Tujuan memiliki nilai yang sangat penting di dalam pengajaran, bahkan mungkin dapat dikatakan bahwa tujuan merupakan faktor yang terpenting dalam kegiatan dan proses belajar dan pembelajaran. Nilai-nilai tujuan dalam pembelajaran, diantaranya adalah :

* Tujuan pendidikan mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan murid dalam proses pembelajaran. Dengan adanya tujuan maka semua usaha dan pemikiran guru tertuju kearah pencapaian tujuan tersebut.

* Tujuan pendidikan memberikan motivasi kepada guru dan siswa. Tujuan yang baik akan mendorog kegiatan-kegiatan guru dan siswa.

* Tujuan pendidikan memberikan pedoman dan petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa

* Tujuan pendidikan penting maknanya dalam rangka memilih dan menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan

* Tujuan pendidikan penting dalam menentukan alat/teknik penilaian guru terhadap hasil belajar siswa.

==> Tingkat-Tingkat Tujuan pendidikan

Tujuan pedidikan dan pembelajaran dapat kita bagi menjadi lima tingkatan/jenjang sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu. Tingkatan tujuan tersebut terdiri dari :

1. Tujuan pendidikan nasional, merupakan tujuan umum dari sistem pendidikan nasional. Berisi tujuan jangka panjang dan sangat luas serta menjadi pedoman bagi semua kegiatan/usaha pendidikan di negara kita.

2. Tujuan lembaga pendidikan, merupakan tujuan yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga pendidikan dimana tujuan yang ditetapkan tersebut akan berbeda satu sama lain. Tujuan yang ditetapkan disesuaikan dengan kondisi, jenis dan tingkatan masing-masing lembaga tersebut.

3. Tujuan kurikuler/kurikulum, tujuan yang ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku                                                 

4. Tujuan mata pelajaran, tujuan yang ditetapkan sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan

5. Tujuan pembelajaran, merupakan tujuan yang bersifat operasioanl dan dirumuskan dalam rencana pembelajaran harian (lesson plan

B.  Peserta Didik atau Siswa

1.      Pertumbuhan dan Perkembangan Siswa

Guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa secara komprehensif. Pemahaman ini akan memudahkan guru untuk menilai kebutuhan siswa dan merencanakan tujuan, bahan, prosedur belajar pembelajaran dengan tepat. Beberapa hal yang perlu diketahui/dipahami tentang peserta didik atau siswa, diataranya :

1.    Konsep dasar tentang perkembangan siswa, terdiri dari pertumbuhan, kematangan, kedewasaan, perkembangan dan perkembangan yang normal.
Pertumbuhan adalah pertambahan secara kuantitatif dari substansi atau struktur yang umumnya ditandai dengan perubahan-perubanhan biologis pada diri seseorang menuju kearah kematangan. Kematangan adalah tingkat atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan seseorang. Kedewasaan (maturation) adalah kemjauan pertumbuhan yang normal ke arah kematangan.
Proses maturasi disebabkan oleh faktor pertumbuhan dari dalam pada berbagai kapasitas adan struktur. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang yakni perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi dan efisiensi. Perkembangan bersifat keseluruhan dan umumnya berjalan lambat.

2.    Prinsip-prinsip pertumbuhan dan perkembangan

* Belajar adalah mengalami

* Belajar menunjukkan adanya perubahan kelakuan atau sikap.

* Setiap siswa memiliki keunikan dalam pola perkembangannya

* Pengajaran yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan anak tidak akan berhasil baik.

* Pertumbuhan dalam diri seseorang berjalan secara kontinu

3.    Kebutuhan-kebutuhan peserta didik (siswa)

Banyak ahli-ahli yang telah merumuskan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh individu, diantaranya adalah:

·                Prescott, menyatakan bahwa kebutuhan individu dibedakan menjadi tiga yaitu: kebutuhan fisiologis (melakukan kegiatan, istirahat, kegiatan seksual dll), kebutuhan sosial atau status (menerima dan diterima, menyukai orang lain) dan kebutuhan ego atau integratif (kontak dengan kenyataan, menemukan individualitas sendiri, menambah kematangan diri dll)

·                Maslow menyatakan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh individu, antara lain : kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan memiliki dan mencintai, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan untuk menonjolkan diri.

4.      Kebutuhan peserta didik dan fungsi sekolah

Sekolah adalah suatu lembaga sosial yang berfungsi memenuhi/memuaskan kebutuhan-kebutuhan murid dalam hal pendidikannya. Dilain pihak murid-murid juga mengharapkan agar sekolah dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan akan pendidikan bagi mereka.

2. Mengenal Murid

Apa dan siapa sebenarnya murid itu?. Murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran. Selain itu murid adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar, karena tanpa adanya murid sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.

a.      Pandangan tentang murid sebagai anak

·           Pandangan lama, menyebutkan bahwa anak adalah orang dewasa yang kecil. Karena itu segala seuatunya perlu dipersamakan seperti halnya orang dewasa.

·           Anak adalah sebagai anak. Anak tidak bisa dan tidak mengkin dipersamakan dengan orang dewasa. Ia memiliki ciri-cirinya tersendiri, perlakuan kepada anak tidak boleh dipersamakan dengan perlakuan kepada orang dewasa.

·           Anak adalah hidup di dalam masyarakat dan dipersiapkan untuk hidup di dalam masyarakatnya. Sebagai calon anggota masyarakat maka ia harus dipersiapkan sesuai dengan masyarakat setempat.

b.      Murid adalah pribadi yang kompleks

Anak adalah suatu organism yang hidup, yang mereaksi, berbuat dan sebagainya. Organism yang hidup memiliki suatu kebutuhan, minat, kemampuan, intelek dan masalah-masalah tertentu. Ia tidak hanya tinggal diam akan tetapi bersikap aktif. Ia bersifat unik, memiliki bakat dan kematangan, berkat adanya pengaruh-pengaruhdari luar seperti, keluarga, masyarakat, status sosial ekonomi keluarga, tingkatan dan jenis pekerjaan orang tua, pengaruh-pengaruh dari kebudayaan dan sebagainya sehingga membentuk pribadi anak menjadi kompleks.

c.       Tujuan mengenal murid

Guru mengenal murid-muridnya dengan maksud agar guru dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan secara efektif. Penting sekali mengenal dan memahami murid dengan seksama, agar guru dapat menentukan dengan seksama bahan-bahan yang akan diberikan, menggunakan prosedur belajar yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan.

d.   Hal-hal yang perlu dikenal tentang kepribadian murid dalam proses belajar mengajar

1.    Latar belakang masyarakat, kultur masyarakat dimana siswa tinggal, besar pengaruhnya terhadap sikap siswa. Kultur ini menyebabkan siswa memiliki sikap yang berbeda-beda tentang agama, politik, masyarakat dan cara bertingkah lakunya. Tiap masyarakat memberikan pengaruh yang berlainan terhadap siswa sehingga tiap siswa memiliki pribadinya sendiri-sendiri.

2.   Latar belakang keluarga, situasi di dalam keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat, sikap, tujuan, disiplin dan perbuatan siswa di sekolah.  Guru perlu mengenal situasi dan kondisi dalam keluarga siswa  agar dapat merencanakan kegiatan-kegiatan yang serasi.

3.   Tingkat inteligensi, hasil tes inteligensi dapat menjadi sumber yang menggambarkan tentang kemampuan belajar siswa. Tingkat inteligensi dapat digunakan untuk memperkirakan keberhasilan seorang siswa

4.   Hasil belajar, guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang telah diperolehnya sebelumnya. Hal ini dapat membantu guru mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan kemajuan belajar selanjutnya.

5.   Kesehatan badan, guru perlu mengetahui secara berkala tentang keadaan kesehatan dan pertumbuhan siswa. Keadaan kesehatan dan pertumbuhan ini besar pengaruhnya terhadap hasil pendidikan dan penyesuaian sosial mereka.

6.   Hubungan-hubungan antarpribadi, hubungan-hubungan pribadi saling aksi dan mereaksi, penerimaan oleh anggota kelompok, kerjasama dengan teman-teman sekelompok akan menentukan perasaan puas dan rasa aman disekolah. Hal-hal ini  berpengaruh pada  kelakuan dan motivasi belajarnya

7.   Kebutuhan-kebutuhan emosional, kebutuhan emosional seperti ingin diterima, berteman/bercinta, dan rasa aman sangat penting bagi siswa untuk dipenuhi. Apabila tidak terpenuhi maka akan menimbulkan frustasi dan gangguan mental lainnya.

8.   Sifat-sifat kepribadian, dengan mengenal sifat-sifat kepribadian murid maka akan memudahkan guru mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka. Selain itu juga untuk menyediakan (merencanakan) kegiatan-kegiatan yang serasi dengan kepribadian mereka

9.   Bermacam-macam minat belajar, dengan mengenal minat-minat muridnya, akan memudahkan guru dalam memilih bahan pelajaran, merencanakan pengalaman belajar, menuntun mereka ke arah pengetahuan dan untuk mendorong motivasi belajar siswa.

C.  Tenaga Kependidikan (Guru)

Sebelum ia memulai tugasnya sebagai guru, ia harus mempelajari lebih dulu kurikulum sekolah itu dan memahami semua program pendidikan yang sedang dilaksanakan. Pada hari pertama dan pada hari selanjutnya guru harus berusaha untuk mengenal tentang muridnya dan berkenalan dengan semua guru dan staf sekolah lainnya, selanjutnya ia akan melaksanakan program pendidikan disekolah. Setiap ia mengajar, ia perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan.

1.      Syarat-syarat menjadi guru
  1. Harus memiliki bakat sebagai guru 
  2. Harus memiliki keahlian sebagai guru
  3. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
  4. Memiliki mental yang sehat
  5. Berbadan sehat
  6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
2.      Peranan Guru

Peranan guru sangat luas, antara lain:

1.       Guru sebagai pengajar, guru bertugas memberikan / menyampaikan pengajaran didalam sekolah (kelas) agar siswa memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan.

2.      Guru sebagai pembimbing, guru berkewajiban memberikan bantuan kepada siswa agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya, mengenal diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

3.      Guru sebagai ilmuwan, guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan. Ia tidak hanya berkewajiaban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada murid tetapi juga mengembangkan pengetahuannya tersebut.

4.      Guru sebagai pemimpin, guru harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik. Jiwa kepemimpinan yang baik akan berpengaruh pada berhasil tidaknya ia dalam mengelola kelas.

5.      Guru sebagai penghubung, guru berperan sebagai penghubung antara sekolah dengan masyarakat

6.      Guru sebagai pembaharu, guru berusaha mengikuti pembaharuan-pembaharuan diberbagai bidang dan berusaha untuk menyampaikannya kepada siswa dan masyarakat

7.      Guru sebagai pembangun, guru baik sebagai pribadi maupun guru dapat menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk membantu berhasilnya rencana pembangunan masyarakat.

8.      Guru sebagai pribadi, setiap guru memiliki sifat-sifat pribadi yang disenangi oleh siswanya. Oleh sebab itu ia harus memupuk sifat-sifat positif yang ada pada pribadinya.

3.      Tanggung jawab guru

1.       Guru harus menuntut murid-murid belajar

2.      Turut serta membina kurikulum sekolah

3.      Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan jasmani)

4.      Memberikan bimbingan kepada murid

5.      Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar

6.      Menyelenggarakan penelitian

7.      Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif

8.      Menghayati, mengamalkan dan mengamankan pancasila

9.      Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia

10.    Turut menyukseskan pembangunan

11.     Tanggung jawab meningkatkan peranan professional guru.

Tanggung jawab guru yang terpenting adalah merencanakan dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Guru juga merupakan seorang key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid. Karena itu guru harus turut aktif dalam pembinaan kurikulum disekolah.

D.    Perencanaan Pembelajaran

Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu adalah guru tersebut senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya.
Fungsi perencanaan pembelajaran, antara lain:
  1. Memberi pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu
  2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya terhadap pencapaian tujauan
  3. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan
  4. Membantu guru dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa, minat, dan motivasi belajar siswa
  5. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar
  6. Murid-murid akan menghormati guru-guru yang sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk mengajar
  7. Memberikan kesempatan bagi guru untuk memajukan pribadinya dan mengembangkan profesinya
  8. Membantu guru memiliki rasa percaya diri pada diri sendiri dan jaminan atas dirinya
  9. Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa memberikan bahan-bahan yang up to date kepada murid
E.     Strategi / Metode Pembelajaran

Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh guru dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk dapat mengajar dengan baik seorang guru harus menguasai metode mengajar yang baik pula. Lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar, yaitu:
  1. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya
  2. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya
  3. Situasi berlainan keadaannya
  4. Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitasnya
  5. Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda-beda.
F.     Media Pembelajaran

Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dalam belajar pembelajaran media pembelajaran mempunyai fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Melalui media pengajaran yang tepat, diharapkan guru dapat memberikan pengalaman belajar yang banyak dengan cara yang sedikit.

Dwyer (dalam Sutikno, 2009) berpendapat bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahan-bahan audio-visual yang mendekati realitas. Sebagai media dalam pendidikan dan pengajaran, maka alat audio-visual harus mempunyai sifat sebagai berikut:
  1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi
  2. Kemampuan untuk meningkatkan kemampuan
  3. Kemampuan untuk meningkatkan transfer belajar
  4. Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement)
  5. Kemampuan untuk meningkatkan ingatan.
G.    Evaluasi Pembelajaran

Evalusai pengajaran merupakan suatu komponen dalam sistem pengajaran. Fungsi-fungsi pokok evaluasi antara lain:

a.  Fungsi edukatif, berfungsi untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan sistem dan/atau salah satu subsistem pendidikan.

b.      Fungsi institusional, berfungsi untuk mengumpulkan informasi akurat tentang input dan output pembelajaran disamping proses pembelajaran itu sendiri. Mengetahui sejauh mana kemajuan siswa dalam proses belajar setelah mengikuti pembelajaran

c.       Fungsi diagnostic, berfungsi untuk mengetahui kesulitan masalah-masalah  yang sedang dihadapi oleh siswa dalam proses/kegiatan belajarnya.

d.      Fungsi administratif, berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan guru dalam proses belajar mengajar

e.       Fungsi kurikuler, berfungsi menyediakan data dan informasi yang akurat dan berdaya guna bagi pengembangan kurikulum

f.        Fungsi manajemen, berfungsi sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan untuk membuat keputusan manajemen pada semua jenjang manajemen

 Teknik-teknik evaluasi:

1.     Hasil dari assesment terhadap siswa

2.     Kuesioner dan wawancara dengan siswa

3.     Observasi terhadap pelaksanaan sistem instruksional

4.     Umpan balik dari starf pengajar yang langsung terlibat dalam sistem instruksional

5.     Umpan balik dari orang-orang yang tak langsung terlibat dengan sistem instruksional




BAB III
PENUTUP

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai Teori Belajar, Gaya Belajar dan Komponen-Komponen Belajar”, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Saya berharap Bapak  Ashari As, S.Pd, M.Pd  selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Belajar dan Pembelajarn serta teman-teman sekalian agar sudi kiranya memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah pada kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua, Aamiin !!!



 





1 komentar: