Mata Kuliah "Bahasa Indonesia"
Dosen Pembimbing,
Nira Surya, M. Pd
MERUBAH PARAGRAF BIASA
MENJADI BAHASA SASTRA
A.
Paragraf Biasa
Pagi hari ini cerah, seperti biasa saya mengantar anak ke
sekolah. Sambil menunggu hingga ia pulang sekolah, saya ke tempat pencucuian
motor untuk membersihkan motor yang sudah satu minggu tidak pernah dicuci,
sambil mengerjakan tugas Bahasa Indonesia saya terus berpikir, kalimat apa lagi
yang akan saya tulis, lalu seekor burung kecil mendekatiku, sekitar lima
jengkal di samping kiriku, berkicau seakan akan memperolok diriku yang selalu
sibuk, ahh burung ini membuatku tersinggung, tapi kalau dipikir pikir, betul
juga, setelah ini saya pasti akan lebih sibuk lagi, sampai di rumah saya akan
memasak lagi, cuci piring, menyiapkan makanan, bersih bersih rumah, menyetrika
dan masih banyak lagi kesibukan layaknya
ibu rumah tangga yang lain, membuatku iri dengan kebebasan burung kecil ini,
tapi bagaimana pun juga saya masih bangga menjadi manusia yang mempunyai
tujuan.
B.
Bahasa Sastra
Nuansa Pagi ini begitu cerah, langit biru berhiaskan mega tipis
menjadi tontonan panorama alam. layaknya hari hari sebelumnya, enam kali dalam
satu pekan setiap pagi aku beranjak dari istanaku mengantarkan buah hatiku
menimba ilmu di sekolah. Sembari menunggu waktu pulangnya, aku mengahampiri
jasa pencuci motor untuk memandikan si bebek putih kesayanganku, bebek putih
yang setia membawa kemana pun tujuanku dalam kota beriman, Balikpapan ini, yang
sudah satu pekan ini merindukan belaian dan elusan tangan si pencuci motor yang
tak kukenal siapa namanya. Sesaat aku bimbang, memikirkan untaian kalimat apa
gerangan yang akan aku goreskan pada kertas suci ini, tugas bahasa Indonesia
sebagai pengantar impianku menjadi seorang pahlawan pendidikan. Aku terpaku
tatkala seekor burung kecil nan elok menghampiriku, begitu dekat dengan mata kiriku,
ia bersenandung dengan merdunya, Ya...mahluk ini memang selalu mengawali pagi
dengan kenikmatan hidup yang terus berulang tanpa membosankan, Semakin nyaring
kicaunya semakin elok pula gerak geriknya, Selepas ini ia akan terbang lagi ke angkasa
raya nan luas, menari nari dan mungkin juga akan melewati istana kecil
keluargaku, melambai lambai menertawai diriku yang mungkin sedang mengaduk
beras yang akan menjadi nasi yang
mungkin esok hari bisa kusulap kembali menjadi bubur ayam, mengelus elus
piring kotor hingga berkilau, dan masih banyak lagi rutinitas lainnya yang
menungguku, Sungguh burung ini membuat iri hati, meski begitu aku tetap bangga
menjadi manusia, sebagai mahluk sosial yang ingin menggapai impian, sedangkan
burung hidup dalam kemanunggalan lingkungan, yang hanya mencari makan untuk
hari ini saja. Tiada kemarin yang mereka
sesali, tiada esok yang mereka dambakan, segalanya dalam kini, Kini
tanpa nanti dan kini tanpa tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar